Bursa transfer musim panas 2025 di Premier League telah resmi ditutup, menandai akhir dari periode yang penuh dengan kejutan, strategi besar-besaran, dan kekecewaan yang mendalam. Dengan dua jendela transfer dalam satu musim panas — hasil dari penyesuaian FIFA karena Piala Dunia Antarklub — klub-klub Premier League diberi ruang yang lebih luas untuk memperkuat skuad mereka.
Namun, seperti biasa, tidak semua klub mampu memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Beberapa berhasil mengoptimalkan momen ini untuk memperkuat skuad secara signifikan, sementara yang lain justru terpeleset dalam keputusan yang tergesa-gesa atau gagal menuntaskan target-target utama mereka. Berikut ini adalah ulasan lengkap SBOTOP tentang siapa yang keluar sebagai pemenang dan siapa yang justru menjadi pihak yang paling dirugikan dalam bursa transfer Premier League.
Liverpool: Investasi Raksasa Menuju Dominasi Baru
Liverpool muncul sebagai klub dengan aktivitas transfer paling mencolok musim panas ini. Mereka memecahkan rekor transfer Inggris dua kali hanya dalam satu jendela. Kedatangan Florian Wirtz dari Bayer Leverkusen dan Alexander Isak dari Newcastle United dengan nilai gabungan lebih dari 230 juta poundsterling menjadi sorotan utama. Kedua pemain ini bukan hanya berstatus bintang, tetapi juga diproyeksikan menjadi pilar jangka panjang klub.
Selain dua nama besar itu, Liverpool juga menambah kedalaman skuad dengan merekrut Hugo Ekitike, Milos Kerkez, Jeremie Frimpong, dan Giovanni Leoni — semuanya dengan harga tinggi, menunjukkan ambisi The Reds untuk membangun skuad masa depan yang solid sekaligus langsung kompetitif. Tak hanya dalam hal pembelian, Liverpool juga sukses menjual pemain dengan total pendapatan lebih dari 200 juta poundsterling, menunjukkan kemampuan negosiasi yang efisien dalam menjaga neraca keuangan tetap seimbang.
Meskipun performa awal musim mereka belum stabil, skuad Liverpool terlihat sedang dalam proses adaptasi dengan wajah baru yang menjanjikan. Pergantian besar dalam waktu singkat bisa saja menimbulkan gejolak, namun kemenangan tetap datang — dan itu menjadi pertanda bahwa Liverpool berpotensi mendominasi dalam waktu dekat.
Arsenal: Keseimbangan Kualitas dan Kuantitas
Arsenal menjadi salah satu klub yang sukses dalam membangun kedalaman skuad tanpa kehilangan identitas permainan. Total delapan pemain baru bergabung untuk memperkuat setiap lini, memberikan Mikel Arteta berbagai opsi taktis yang sebelumnya belum dimiliki. Viktor Gyokeres, Eberechi Eze, dan Noni Madueke memperkaya lini serang, sementara Martín Zubimendi dan Christian Nørgaard memberikan kekuatan tambahan di lini tengah.

Di lini pertahanan, Arsenal juga berbenah dengan masuknya Cristhian Mosquera dan Piero Hincapié, dua bek muda bertalenta yang siap bersaing dengan nama-nama senior. Kepa Arrizabalaga didatangkan untuk memperkuat sektor penjaga gawang, menjadi pelapis berpengalaman bagi David Raya.
Menariknya, Arsenal berhasil menyalip rival-rivalnya dalam merekrut beberapa pemain incaran bersama. Transfer Zubimendi, yang sebelumnya hampir bergabung dengan Liverpool, dan Eze yang sempat digadang-gadang ke Tottenham Hotspur, menunjukkan bahwa Arsenal semakin lihai dalam memainkan strategi transfer dan membangun daya tarik klub sebagai tujuan utama pemain top.
Manchester United dan Manchester City: Antara Harapan dan Tanda Tanya
Manchester United berada di posisi tengah karena tidak sepenuhnya sukses, tapi juga tidak sepenuhnya gagal. Mereka membayar mahal untuk Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo, yang menimbulkan kritik terkait efektivitas harga dengan kualitas. Namun, pembelian Benjamin Sesko dan Senne Lammens menandakan kembalinya strategi pembinaan pemain muda, sesuatu yang krusial dalam proses pembangunan ulang tim. Manchester United juga berhasil melepas sejumlah pemain yang tidak lagi masuk dalam rencana tim utama, termasuk Antony, Alejandro Garnacho, serta sebagian beban gaji dari Rashford dan Sancho, meskipun status mereka masih belum jelas sepenuhnya.
Di sisi lain, Manchester City juga melakukan belanja yang mengundang perdebatan. Kehadiran Tijjani Reijnders dan Rayan Aït-Nouri terlihat positif, namun keputusan merekrut Rayan Cherki dan Gianluigi Donnarumma dianggap janggal karena karakteristik mereka tidak sesuai dengan filosofi Pep Guardiola. Terlebih, kepergian Éderson dan Manuel Akanji secara murah menimbulkan pertanyaan tentang strategi jangka panjang klub. City memang terlihat lebih muda dan segar, namun masih belum bisa dipastikan apakah transformasi ini akan memperkuat mereka secara keseluruhan atau justru melemahkan stabilitas yang telah dibangun selama beberapa musim terakhir.
Newcastle United: Kalah Sebelum Bertarung
Tidak ada klub yang mengalami penurunan performa transfer lebih menyakitkan dibandingkan Newcastle United. Kisah kepergian Alexander Isak menjadi sorotan utama. Pemain asal Swedia itu menyatakan ingin pindah sejak Juli, dan meskipun Newcastle awalnya menolak tawaran dari Liverpool, pada akhirnya mereka menyerah di akhir jendela, melepas sang striker dengan harga 130 juta poundsterling.
Masalahnya, pengganti yang didatangkan — Nick Woltemade dan Yoane Wissa — dianggap tidak sepadan. Terlebih, Newcastle United gagal merekrut beberapa target utama seperti Hugo Ekitike, Benjamin Sesko, dan João Pedro. Kehilangan dua striker — termasuk Callum Wilson — tanpa pengganti selevel jelas akan mengganggu stabilitas lini depan mereka musim ini.
Memang benar, mereka juga mendatangkan Jacob Ramsey dan Malick Thiaw, namun secara keseluruhan, hasil transfer Newcastle United terasa seperti kegagalan merespons tekanan pasar dan keinginan pemain dengan bijak. Hasilnya, skuad mereka kini tampak lebih lemah dibandingkan musim lalu.
Aston Villa: Terjebak Aturan dan Ketidakpastian
Aston Villa mengalami jendela transfer yang penuh tekanan dan batasan. Imbas dari sanksi UEFA atas pelanggaran regulasi finansial membuat klub harus mengurangi beban gaji hingga 25% dan berhati-hati dalam melakukan pembelian. Mereka tidak punya kebebasan penuh untuk membentuk skuad ideal.
Kehilangan Jacob Ramsey ke Newcastle United menjadi pukulan berat, terutama karena sang pemain merupakan produk akademi dan simbol kebanggaan klub. Di hari terakhir, mereka mencoba memperbaiki situasi dengan mendatangkan Victor Lindelöf, Jadon Sancho, dan Harvey Elliott, namun langkah-langkah ini lebih terlihat sebagai upaya panik ketimbang bagian dari rencana jangka panjang. Kisah yang hampir terjadi — transfer Emiliano Martínez ke Manchester United yang batal — menjadi cerminan kekacauan di balik layar. Satu sisi, mereka senang bisa mempertahankan penjaga gawang utama, namun di sisi lain, batalnya transfer itu menghambat kemampuan mereka untuk bergerak di pasar. Alhasil, Aston Villa kini hanya bisa berharap bahwa skuad yang tersedia cukup kuat untuk bersaing di level domestik dan Eropa, meskipun kondisinya jauh dari ideal.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan